6.1 Pengertian Desain Sistem
Desain
Sistem adalah tahap setelah analisis sistem dari siklus pengembangan system
yang mendefinisikan dari kebutuhan-kebutuhan fungsional , persiapan untuk
rancang bangun implementasi, menggambarkan bagaimana suatu system dibentuk yang
dapat berupa penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan
dari beberapa elemen yang terpisah kedalam satu kesatuan yang utuh dan
berfungsi, termasuk menyangkut mengkonfigurasi dari komponen-komponen perangkat
lunak dan perangkat keras dari suatu system.
Pengertian
desain sistem menurut para ahli:
- · Verzello/ John Reuter III
Tahap
setelah analisis dari siklus pengembangan sistem: Pendefinisian dari
kebutuhan-kebutuhan fungsional dan persiapan untuk rancang bangun implementasi:
“menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk“.
- · John Burch & Gary Grudnitski
Desain
sistem dapat didefinisikan sebagai penggambaran, perencanaan dan pembuatan
sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah kedalam satu kesatuan
yang utuh dan berfungsi.
- · George M. Scott
Desain
sistem menentukkan bagaimana suatu sistem akan menyelesaikan apa yang mesti
diselesaikan: tahap ini menyangkut mengkonfigurasi dari komponen-komponen
perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu sistem sehingga setelah instalasi
sistem akan benar-benar memuasakan rancang bangun yang telah ditetapkan paad
akhir tahap analisis sistem.
Dari sekian banyak yang memberikan pengertian mengenai arti desain sistem, akhirnya desain sistem dapat diartikan sebagai berikut:
- Tahap setelah analisis dari siklus pengembangan Sistem.
- Pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan sistem.
- Persiapan untuk rancang bangun implementasi.
- Menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk.
- Dapat berupa penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah kedalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi.
- Termasuk menyangkut mengkonfigurasi dari komponen-komponen perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu sistem.
Desain
system dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Desain Sistem Secara Umum (General System Design)
2. Desain Sistem Secara Rinci (Detailed System Design)
6.2 Tujuan Desain Sistem
Desain sistem mempunyai tujuan utama yaitu:
1. Desain Sistem Secara Umum (General System Design)
2. Desain Sistem Secara Rinci (Detailed System Design)
6.2 Tujuan Desain Sistem
Desain sistem mempunyai tujuan utama yaitu:
1.
Untuk memenuhi kebutuhan pemakai system (Tujuan ini adalah tujuan dari Desain
Sistem Secara Umum).
2.
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada
programmer computer dan ahli-ahli teknik lainya yang terlibat. (Tujuan ini
adalah tujuan dari Desain Sistem Secara Rinci).
Untuk mencapai tujuan tersebut analis system harus dapat mencapai sasaran-sasaran sebagai berikut:
Untuk mencapai tujuan tersebut analis system harus dapat mencapai sasaran-sasaran sebagai berikut:
1.
Desain system harus berguna, mudah dipahami dan nantinya mudah digunakan. Ini
berarti bahwa data harus mudah ditangkap, metode-metode harus mudah diterapkan
dan informasi harus mudah dihasilkan serta mudah dipahami dan digunakan.
2.
Desain Sistem harus dapat mendukung tujuan utama perusahaan sesuai dengan yang
terlah didefinisikan pada tahap perencanaan system yang dilanjutkan pada tahap
analisis system.
3.
Desaian system harus efisien dan efektif untuk dapat mendukung pengolahan
tarnsaksi, pelaporan manajemen dan mendukung keputusan yang akan dilakukan oleh
manajemen, termasuk tugas-tugas yang lainnya yang tidak dilakukan oleh
computer.
4.
Desain system harus dapat mempersiapakn rancang bangun yang terinci untuk
masing-masing komponen dari system yang meliputi data dan informasi, simpanan
data, metode-metode, prosedur-prosedur, orang-orang, perangkat keras, perangkat
lunak dan pengendalian internal.
6.3 Personil yang Terlibat
Pekerjaan
desain sistem dilakukan oleh analis sistem dan personil-personil teknik
lainnya, seperti misalnya spesialis pengendalian (controls specialists),
personil penjamin kualitas (quality assurance personil), spesialis komunikasi
data (data communications specialists) dan lain sebagainya.
Bagaimana
dengan pemakai-pemakai sistem (users)? apakah pemakai sistem juga harus
terlibat dalam tahap ini? banyak orang yang setuju bahwa keterlibatan pemakai
sistem sangat penting selama tahap analisis sistem. Akan tetapi bagaimana di
tahap desain sistem ini? banyak analis sistem yang mendesain sistem informasi
tanpa partisipasi yang berarti dari pemakai sistem. Hasil dari
ketidak-terlibatan pemakai sistem ini akan mengakibatkan kurang puasnya pemakai
sistem terhadap cara sistem bekerja (bahkan sistem tidak dapat memenuhi
kebutuhan pemakai). Oleh karena alasan ini, maka pemakai sistem seharusnya juga
terlibat dalam tahap desain sistem. Pemakai sistem paling tidak dapat mengkaji
ulang komponen-komponen sistem informasi yang didesain, seperti misalnya :
-
Pemakai sistem seharusnya mengkaji ulang tata letak (layout) dari semua
laporan-laporan dan bentuk-bentuk tampilan di layar terminal.
-
Pemakai sistem juga seharusnya menilai arus percakapan dari dialog layar
terminal.
-
Pemakai sistem juga seharusnya menilai cara penangkapan data, pengolahan dari
data tersebut dan distribusi informasinya.
6.4 Tekanan-Tekanan Desain
Tekanan desain adalah tekanan-tekanan yang harus dipertimbangkan dalam mendesain suatu system informasi supaya mengena sasarannya. Supaya sukses, analis sistem harus mempertimbangkan tekanan-tekanan desain (design forces) yang ada dan bagaimana tekanan-tekanan ini mempengaruhi proyek sistem informasi. Ambillah contoh desain suatu mobil sebasai analoginya. Semua mobil terdiri dari blok blok bangunan yang sama yaitu sebuah bodi mobil, interiornya, instrumen-instrumtnnya. kendali kemudii (kemudi, pedal rem,pedal gas dan lain sebagainya). Roda-roda, gandar-gandar dan suatu mesin yang terbentuk dari suatu unit tenaga, sumber energi, transmisi-transmisi dan gear-gear. Akan tetapi karena adanya sejumlah tekanan-tekanan desain, bentuk dan isi dari blok-blok bangunan mobil ini telah berubah dari waktu ke waktu. misalnva, pengendalian polusi, keamanan yang ditingkatkan dan pemakaian bahan bakar yang harus lebih hemat memaksa mobil untuk didesain kembali keseluruhannya. Beberapa industri mobil beberapa tahun yang lalu kurang mempcrhatikan pada pemenuhan selera pasar dan banyak yang merancang mobil yang tidak dapat diterima oleh konsumen. Setelah pabrik-pabrik mobil ini berhenti merancang mobil tersebut dan mulai merancang kembali dengan memperhatikan desain forces mereka mendapatkan kembali jalur pemasarannya. Kesadaran akan desain forces ini mengikuti dengan pasti telah mengembalikan pabrik-pabrik mobil ini kepada operasi yang menguntungkan. Perancang sistem informasi juga harus memperhatikan sejumlah desain forces yang mempengaruhi kerjanya, yaitu:
Tekanan desain adalah tekanan-tekanan yang harus dipertimbangkan dalam mendesain suatu system informasi supaya mengena sasarannya. Supaya sukses, analis sistem harus mempertimbangkan tekanan-tekanan desain (design forces) yang ada dan bagaimana tekanan-tekanan ini mempengaruhi proyek sistem informasi. Ambillah contoh desain suatu mobil sebasai analoginya. Semua mobil terdiri dari blok blok bangunan yang sama yaitu sebuah bodi mobil, interiornya, instrumen-instrumtnnya. kendali kemudii (kemudi, pedal rem,pedal gas dan lain sebagainya). Roda-roda, gandar-gandar dan suatu mesin yang terbentuk dari suatu unit tenaga, sumber energi, transmisi-transmisi dan gear-gear. Akan tetapi karena adanya sejumlah tekanan-tekanan desain, bentuk dan isi dari blok-blok bangunan mobil ini telah berubah dari waktu ke waktu. misalnva, pengendalian polusi, keamanan yang ditingkatkan dan pemakaian bahan bakar yang harus lebih hemat memaksa mobil untuk didesain kembali keseluruhannya. Beberapa industri mobil beberapa tahun yang lalu kurang mempcrhatikan pada pemenuhan selera pasar dan banyak yang merancang mobil yang tidak dapat diterima oleh konsumen. Setelah pabrik-pabrik mobil ini berhenti merancang mobil tersebut dan mulai merancang kembali dengan memperhatikan desain forces mereka mendapatkan kembali jalur pemasarannya. Kesadaran akan desain forces ini mengikuti dengan pasti telah mengembalikan pabrik-pabrik mobil ini kepada operasi yang menguntungkan. Perancang sistem informasi juga harus memperhatikan sejumlah desain forces yang mempengaruhi kerjanya, yaitu:
a.
Integrasi
Sistem informasi harus didesain terpadu diantara unit-unit di dalam organisasi. Suatu sistem informasi yang ada di antara unit-unit organisasi atau departemen-departemen harus dapat bcrhubungan dan berkomunikasi dengan baik. Teknologi komunikasi data dapat diterapkan untuk maksud integrasi ini. Integrasi akan meningkatkan kebutuhan dari koordinasi dan sinkronisasi dari operasi di dalam organisasi. lntegrasi ini perlu, karena organisassi harus dipandang sebagai satu kesatuan unit sistem. Sasaran dari sistem informasi adalah untuk menyediakan informasi multilevel, cross fungtional, tepat waktu, akurat,relevan kepada semua komponen organisasi. oleh karena itu, sistem informasi yang terpadu perlu dirancang di dalam organisasi. Contoh dari integrasi adalah sebagai berikut ini. Departemen Pemasaran di suatu perusahaan telah berhasil mendeteksi selera-selera dan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen dan perubahan-perubahan dalam persaingan. Informasi ini kemudian dapat dikomunikasikan ke departemen teknik yang akan menggunakan teknologi CAD (Computer Aided Design) untuk menganalisis dan membuat simulasi untuk mendesain kebutuhan-kebutuhan pasar ini. lnformasi ini kemudian dikomunikasikan lagi ke departemen produksi untuk dicoba disusunkan jadual produksinya, merencanakan sumber-sumber daya produksi yang akan digunakan dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan personil untuk menanganinva. Informasi ini kemudian dikoordinasikan dengan anggaran modal untuk analisis finansialnva. Contoh ini menunjukkan adanya hubungan informasi antara departemcn pemasaran, departemen teknik, departemen produksi dan departemen keuangan. Dengan integrasi yang baik. Maka arus informasi antar departemen ini akan cepat dan efektif. Database dan teknologi merupakan blok bangunan sistem informasi kunci untuk mencapai integrasi ini. Secara ideal, desain dari database harus menyimpan semua data yang ada dalam suatu simpunan yrng tunggal untuk keperluan semua orang atau departemen yang mempunyai hak untuk mengaksesnya. Dengan kemampuan teknologi komunikasi yang sekarang ada, maka jumlah data yang besar yang berasal dari lokasi lokal atau lokasi jarak jauh dapat ditangkap, dimanipulasi dan ditransmisikan dengan cepat. Semua data ini kemudian dapat disimpan di database dalam direct access storage (misalnya hard disk) yang dapat diakses lewat terminal-terminal baik di lokasi lokal atau lokasi jarak jauh tersebut. Elemen-elemen data ini secara logika telah terintegrasi dalam suatu database yang umum.
Sistem informasi harus didesain terpadu diantara unit-unit di dalam organisasi. Suatu sistem informasi yang ada di antara unit-unit organisasi atau departemen-departemen harus dapat bcrhubungan dan berkomunikasi dengan baik. Teknologi komunikasi data dapat diterapkan untuk maksud integrasi ini. Integrasi akan meningkatkan kebutuhan dari koordinasi dan sinkronisasi dari operasi di dalam organisasi. lntegrasi ini perlu, karena organisassi harus dipandang sebagai satu kesatuan unit sistem. Sasaran dari sistem informasi adalah untuk menyediakan informasi multilevel, cross fungtional, tepat waktu, akurat,relevan kepada semua komponen organisasi. oleh karena itu, sistem informasi yang terpadu perlu dirancang di dalam organisasi. Contoh dari integrasi adalah sebagai berikut ini. Departemen Pemasaran di suatu perusahaan telah berhasil mendeteksi selera-selera dan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen dan perubahan-perubahan dalam persaingan. Informasi ini kemudian dapat dikomunikasikan ke departemen teknik yang akan menggunakan teknologi CAD (Computer Aided Design) untuk menganalisis dan membuat simulasi untuk mendesain kebutuhan-kebutuhan pasar ini. lnformasi ini kemudian dikomunikasikan lagi ke departemen produksi untuk dicoba disusunkan jadual produksinya, merencanakan sumber-sumber daya produksi yang akan digunakan dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan personil untuk menanganinva. Informasi ini kemudian dikoordinasikan dengan anggaran modal untuk analisis finansialnva. Contoh ini menunjukkan adanya hubungan informasi antara departemcn pemasaran, departemen teknik, departemen produksi dan departemen keuangan. Dengan integrasi yang baik. Maka arus informasi antar departemen ini akan cepat dan efektif. Database dan teknologi merupakan blok bangunan sistem informasi kunci untuk mencapai integrasi ini. Secara ideal, desain dari database harus menyimpan semua data yang ada dalam suatu simpunan yrng tunggal untuk keperluan semua orang atau departemen yang mempunyai hak untuk mengaksesnya. Dengan kemampuan teknologi komunikasi yang sekarang ada, maka jumlah data yang besar yang berasal dari lokasi lokal atau lokasi jarak jauh dapat ditangkap, dimanipulasi dan ditransmisikan dengan cepat. Semua data ini kemudian dapat disimpan di database dalam direct access storage (misalnya hard disk) yang dapat diakses lewat terminal-terminal baik di lokasi lokal atau lokasi jarak jauh tersebut. Elemen-elemen data ini secara logika telah terintegrasi dalam suatu database yang umum.
b.
Jalur pemakai/sistem
Sistem informasi berbasis komputer semakin melibatkan interaksi langsung antara manusia sebagai pemakai sistem dengan mesin. Elemen yang kritis dari desain sistem ini adalah jalur pemakai (User Interface). Jalur ini terdiri dari layar terminal, keyboard, alat-alat lainnya, bahasa komputer dan cara-cara lain supaya user dapat bertukar input dan output dengan mesin.
Desain dari user interface ini telah mendapat perhatian yang cukup penting pada tahun-tahuan terakhir ini. Beberapa prinsip dari desain user interface yang baik telah dikembangkan dan banyak diantaranya menekankan pada sistem yang berbentuk user friendly serta kemudahan untuk digunakan. Penelitian pada bidang ini sering disebut sebagai human Factors engineering atau Ergonomics.
Ergonomics berasal dari bahasa Yunani. Ergo berarti “kerja” dan nomics berarti “studi tentang”.
Ergonomics adalah studi tentang bagaimana orang menggunakan alat-alat untuk melaksanakan pekerjaannya dan bagaimana secara fisik mereka berhubungan dengan lingkungannya.”’
Terdapat beberapa pilihan untuk mendesain user interface dan pemilihan ini tergantung pada faktor-faktor semacam pengalaman serta tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh user. Terdapat beberapa pedoman untuk hal ini, yaitu System harus fleksibel, konsisten dan harus mudah dikontrol oleh user.
Berikut ini merupakan elemen-elemen yang harus dipertimbangkan dalam desain untuk memenuhi user interface.
l. Query.
Secara query, pemakai sistem dapat mengakses data yang diperlukan untuk mendapatkan informasi walaupun tidak tersedia program aplikasinya.
2. Desain layar.
Suatu desain layar yang baik harus jelas. tidak melompat-lompat dan tidak berisi dengan informasi yang tidak relevan.
3. Umpan balik.
Dalam sistem online, aspek yang penting dalam umpan balik (feed back) adalah waktu respon (response time), yaitu waktu antara saat user memasuki data dengan respon yang diberikan oleh sistem. Masalah umum yang sering terjadi adalah response Time yang lama. Sehingga User mejadi jemu dan kehilangan konsentrasinya. jika waktu respon melebihi 10 detik, suatu berita seharusnya sedang bekerja sebagai misalnya suatu sistem sedang melakukan perhitungan yang cukup lama, katakanlah -50 detik, maka sebaiknya ditampilkan berita “Tunggu sebentar, sedang memproses sekitar 50 detik , sehingga user mengetahui bahwa sistem sedang berkerja dan tidak mengira bahwa sistem macet (hang).
4. Bantuan.
Pada waktu user sedang mengoperasikan sistem, seringkali mengalami kesulitan atau tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan berikutnya. Desain sistem yang baik harus menyediakan cara bagaimana user dapal meminta bantuan kepada sistem untuk menjelaskan apa yang ingin diketahui oleh user.
Contex Sensitif help merupakan bantuan yang sering banyak digunakan sekarang, yaitu sistem akan menampilkan bantuan bila diinginkan oleh user pada posisi-posisi tertentu di layar.
5. Pengendalian kesalahan.
Pengendalian kesalahan (Control Error) juga merupakan aspek yang penting dalam user interface Dcsain sistem harus mempertimbangkan pengendalian kesalahan ini yang dapat berupa sebagai berikut ini:
a. Pencegahan kesalahan.
Sedapat mungkin, sistem harus menyediakan instruksi yang jelas kepada User tentang apa yang harus dilakukan sehingga user tidak melakukan kesalahan yang seharusnva tidak perlu terjadi. Misalnya sistem dapat menampilkan intruksi “ ‘Nilai yang sah adalah diantara 1-25” pada waktu memasukan unit barang yang dijual.
b. Pendeteksian kesalahan.
lika suatu kesalahan terjadi, sistem harus dapat mengindentifikasikan kesala-
hannya dengan jelas dan dapat menampilkan berita kesalahan ini, seperti misalnya “Fatal eror”, Sistem Dihentikan” atau berita “kode salah !!!”.
c. Pembetulan kesalahan.
Jika suatu data yang dimasukkan salah sebelum data ini diolah, maka system harus dapat memberi kesempatan kepada user untuk dapat menginteraksinya. Demikian juga bila data yang salah terlanjur direkamkan ke database, maka sistem juga harus dapat menyediakan cara untuk membetulkannya.
6. Desain workstation.
Banyak penelitian ergonomics yang berhubungan dengan menggunakan system komputer yang dihubungkan dengan aspek fisik semacam desain dari mebel, tata letak kantor, suara dan penerangan. Untuk desain workstation, beberapa hal perlu dipertimbangkan, yaitu mengenai ukuran, warna dan posisi tampilan di layar terminal, ukuran-ukuran dari mebel dan tata letak keyboard. Desain workstation ini akan msmpengaruhi kenyamanan dan kelelahan dari kerja user
Sistem informasi berbasis komputer semakin melibatkan interaksi langsung antara manusia sebagai pemakai sistem dengan mesin. Elemen yang kritis dari desain sistem ini adalah jalur pemakai (User Interface). Jalur ini terdiri dari layar terminal, keyboard, alat-alat lainnya, bahasa komputer dan cara-cara lain supaya user dapat bertukar input dan output dengan mesin.
Desain dari user interface ini telah mendapat perhatian yang cukup penting pada tahun-tahuan terakhir ini. Beberapa prinsip dari desain user interface yang baik telah dikembangkan dan banyak diantaranya menekankan pada sistem yang berbentuk user friendly serta kemudahan untuk digunakan. Penelitian pada bidang ini sering disebut sebagai human Factors engineering atau Ergonomics.
Ergonomics berasal dari bahasa Yunani. Ergo berarti “kerja” dan nomics berarti “studi tentang”.
Ergonomics adalah studi tentang bagaimana orang menggunakan alat-alat untuk melaksanakan pekerjaannya dan bagaimana secara fisik mereka berhubungan dengan lingkungannya.”’
Terdapat beberapa pilihan untuk mendesain user interface dan pemilihan ini tergantung pada faktor-faktor semacam pengalaman serta tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh user. Terdapat beberapa pedoman untuk hal ini, yaitu System harus fleksibel, konsisten dan harus mudah dikontrol oleh user.
Berikut ini merupakan elemen-elemen yang harus dipertimbangkan dalam desain untuk memenuhi user interface.
l. Query.
Secara query, pemakai sistem dapat mengakses data yang diperlukan untuk mendapatkan informasi walaupun tidak tersedia program aplikasinya.
2. Desain layar.
Suatu desain layar yang baik harus jelas. tidak melompat-lompat dan tidak berisi dengan informasi yang tidak relevan.
3. Umpan balik.
Dalam sistem online, aspek yang penting dalam umpan balik (feed back) adalah waktu respon (response time), yaitu waktu antara saat user memasuki data dengan respon yang diberikan oleh sistem. Masalah umum yang sering terjadi adalah response Time yang lama. Sehingga User mejadi jemu dan kehilangan konsentrasinya. jika waktu respon melebihi 10 detik, suatu berita seharusnya sedang bekerja sebagai misalnya suatu sistem sedang melakukan perhitungan yang cukup lama, katakanlah -50 detik, maka sebaiknya ditampilkan berita “Tunggu sebentar, sedang memproses sekitar 50 detik , sehingga user mengetahui bahwa sistem sedang berkerja dan tidak mengira bahwa sistem macet (hang).
4. Bantuan.
Pada waktu user sedang mengoperasikan sistem, seringkali mengalami kesulitan atau tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan berikutnya. Desain sistem yang baik harus menyediakan cara bagaimana user dapal meminta bantuan kepada sistem untuk menjelaskan apa yang ingin diketahui oleh user.
Contex Sensitif help merupakan bantuan yang sering banyak digunakan sekarang, yaitu sistem akan menampilkan bantuan bila diinginkan oleh user pada posisi-posisi tertentu di layar.
5. Pengendalian kesalahan.
Pengendalian kesalahan (Control Error) juga merupakan aspek yang penting dalam user interface Dcsain sistem harus mempertimbangkan pengendalian kesalahan ini yang dapat berupa sebagai berikut ini:
a. Pencegahan kesalahan.
Sedapat mungkin, sistem harus menyediakan instruksi yang jelas kepada User tentang apa yang harus dilakukan sehingga user tidak melakukan kesalahan yang seharusnva tidak perlu terjadi. Misalnya sistem dapat menampilkan intruksi “ ‘Nilai yang sah adalah diantara 1-25” pada waktu memasukan unit barang yang dijual.
b. Pendeteksian kesalahan.
lika suatu kesalahan terjadi, sistem harus dapat mengindentifikasikan kesala-
hannya dengan jelas dan dapat menampilkan berita kesalahan ini, seperti misalnya “Fatal eror”, Sistem Dihentikan” atau berita “kode salah !!!”.
c. Pembetulan kesalahan.
Jika suatu data yang dimasukkan salah sebelum data ini diolah, maka system harus dapat memberi kesempatan kepada user untuk dapat menginteraksinya. Demikian juga bila data yang salah terlanjur direkamkan ke database, maka sistem juga harus dapat menyediakan cara untuk membetulkannya.
6. Desain workstation.
Banyak penelitian ergonomics yang berhubungan dengan menggunakan system komputer yang dihubungkan dengan aspek fisik semacam desain dari mebel, tata letak kantor, suara dan penerangan. Untuk desain workstation, beberapa hal perlu dipertimbangkan, yaitu mengenai ukuran, warna dan posisi tampilan di layar terminal, ukuran-ukuran dari mebel dan tata letak keyboard. Desain workstation ini akan msmpengaruhi kenyamanan dan kelelahan dari kerja user
c.
Tantangan-tantangan persaingan
Sekarang ini organisasi telah masuk kedalam era persaingan yang tajam. organisasi yang ingin bertahan dan sekaligus berkembang di masa mendatang harus memikirkan persaingan ini. Informasi merupakan salah satu senjata yang dapat membantu organisasi untuk bersaing. Desain dari sistem informasi harus mempertimbangkan lingkungan-lingkungan persaingan (Competitive Environment) yang ada. Lingkungan-lingkungan persaingan ini dapat berupa manajemen, aneka ragam produk dan jasa, dan produktivitas. Sistem informasi harus dapat menyediakan informasi bagi manajemen untuk melakukan kegiatannya peranan system informasi juga harus dapat membantu dalam hal produktivitas organisasi baik prociuktivitas bagi manajemen dan produktivitas bagi para pekerja lainnya.
Dengan sistem informasi, produktivitas manajemen dapat ditingkatkan, misalnya dengan menyediakan cara penjadualan yang lebih baik, pengurangan kerja-kerja teknis dan ketidak efisienan lainnya.
Sekarang ini organisasi telah masuk kedalam era persaingan yang tajam. organisasi yang ingin bertahan dan sekaligus berkembang di masa mendatang harus memikirkan persaingan ini. Informasi merupakan salah satu senjata yang dapat membantu organisasi untuk bersaing. Desain dari sistem informasi harus mempertimbangkan lingkungan-lingkungan persaingan (Competitive Environment) yang ada. Lingkungan-lingkungan persaingan ini dapat berupa manajemen, aneka ragam produk dan jasa, dan produktivitas. Sistem informasi harus dapat menyediakan informasi bagi manajemen untuk melakukan kegiatannya peranan system informasi juga harus dapat membantu dalam hal produktivitas organisasi baik prociuktivitas bagi manajemen dan produktivitas bagi para pekerja lainnya.
Dengan sistem informasi, produktivitas manajemen dapat ditingkatkan, misalnya dengan menyediakan cara penjadualan yang lebih baik, pengurangan kerja-kerja teknis dan ketidak efisienan lainnya.
d.
Kualitas dan kegunaan informasi
System informasi harus dapat menghasilkan informasi yang berkualitas yaitu tepat pada waktunya, tepat nilainya, dan relevan. Untuk dapata menghasilkan hal ini maka informasi tersebut haruslah bergunan bagi yang memakainya.
System informasi harus dapat menghasilkan informasi yang berkualitas yaitu tepat pada waktunya, tepat nilainya, dan relevan. Untuk dapata menghasilkan hal ini maka informasi tersebut haruslah bergunan bagi yang memakainya.
e.
Kebutuhan-kebutuhan Sistem
1. Keandalan.
2. Ketersediaan.
3. Keluwesan.
4. Skedul instalasi.
5. Umur diharapkan dan potensi pertumbuhan.
6. Kemudahan dipelihara.
1. Keandalan.
2. Ketersediaan.
3. Keluwesan.
4. Skedul instalasi.
5. Umur diharapkan dan potensi pertumbuhan.
6. Kemudahan dipelihara.
f. Kebutuhan-kebutuhan
Pengolahan data
Kebutuhan-kebutuhan pengolahan data (data processsittg requirements) berhubungan dengan pekerjaan sistem secara terinci dan dapat terdiri sebagai berikut ini:
1. Volume.
Volume menunjukkan volume data yang terlibat dalam pengolahan data. Volume menunjukkan jumlah dari data yang harus diproses dalam satu dari periode waktu tertentu. Untuk menghitung jumlah dari volume dapat dilakukan lewat banyaknya transaksi yang terjadi. Pengukuran lain dari volume dapat dilihat dari banyaknya suatu fungsi pengolahan harus dilakukan.
2. Hambatan waktu pengolahan.
Hambatan waktu pengolahan menunjukkan jumlah dari waktu yang diijinkan atau yang dapat diterima saat data siap diproses sampai informasi dihasilkan.
3. Permintaan perhitungan.
Permintaan perhitungan merupakan model-model matematik yang harus diterapkan (misalnya pemrograman linier) sehingga informasi dapat dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan oleh user
g. Faktor-laktor Organisasi
Terdapat lima buah faktor organisasi yang harus dipertimbangkan dalam desain sistom, yaitu sifat dari organisasi, tipe organisasi, ukurannya, strukturnya dan gaya manajemennya .
1. Sifat organisasi.
Kebutuhan informasi untuk suatu organisasi dengan organisasi yang lainnya berbeda. Misalnya perusahaan real estate, perusahaan asuransi, atau perusahaan transportasi berbeda dengan perusahaan manufaktur dalam bentuk informasi yang dibutuhkan. Demikian juga dengan perusahaan perdagangan besar dengan perdagangan eceran juga berbeda kebutuhan informasinya. Oleh karena itu, untuk mengidentifikasikan dan memahami kebutuhan informasi
bagi suatu organisasi yang tertentu, pertama kali perlu diperhatikan aau dipahami sifat organisasi tersebut.
2. Tipe organisasi.
Tipe organisasi dapat dikategorikan sebagai berikut ini:
– Organisasi fungsional, yaitu setiap manajer bertanggungiawab untuk area fungsi tertentu seperti produktifitas, pemasaran, personalia atau keuangan.
– Organisasi divisonal, yaitu tiap-tiap manajer divisi bertanggungjawab terhadap suatu fungsi dan suatu objek atau program kerja.
3. ukuran organisasi
Ukuran dari organisasi juga merupakan faktor vang mempengaruhi kebutuhan informasi. Semakin besar organisasi, semakin banyak informasi yang dibutuhkan.
4.Struktur organisasi.
Struktur internal organisasi juga tanggungjawab terhadap manajemen persediaan dapat berada pada tanggungjawab departemen produksi di suatu organisasi atau dapat berada pada tanggunglawab departemen pembelian di organisasi lainnya. Dari struktur organisasinya, maka dapat ditentukan departemen mana yang membutuhkan informasi persediaan ini, apakah departemen produksi atau departemen pembelian . departemen produksi biasanya lebih membutuhkan informasi mengenai ketersediaan persediaan, perputaran persediaan dan kualitasnya, sedang departemen pembelian lebih membutuhkan informasi mengenai harga persediaan dan informasi tentang pemasok berupa tanggung jawab departemen produksinya, tetapi untuk organisasi lainnya dapat berada pada tanggung jawab departemen yang terpisah.
h. Faktor-faktor Manusia
Analisis system harus mencoba untuk dapat mendesain system yang dapat diterima oleh semua pemakai, tidak hanya satu atau dua pemakai saja, tetapi bisa dipakai oleh semua pemakai dan tidak menyulitkan pemakai.
i. Kebutuhan biaya efektifitas
Jika anda membeli suatu encyclopedias atau misalnya membeli buku maka yang anda lihat tidak hanya sampul buku atau bukunya saja tetapi adalah informasi yang terkandung didalamnya. Suatu organisasi mengembangkan system informasi bukan hanya menginginkan mendapatkan fisik dari system informasi itu saja tetapi lebih dari itu, yaitu informasi perlu dipertimbangkan antara biaya untuk memperoleh manfaat dengan manfaat informasi yang dihasilkan.
j. Kebutuhan-kebutuhan kelayakan
Lima macam kelayakan tetap diperhitungkan dalam desain system informasi. Adalah kelayakan teknis, kelayakan ekonomi, kelayakan hukum, kelayakan operasi, dan kelayakan skedul. Walaupun kelayakan ini telah dinilai pada tahap perencanaan system, tetapi dalam kelayakan desain system juga dipertimbangkan kembali, karena kemungkinan apa yang direncanakan di tahap perencanaan system mungkin di tahap desain system mengalami perubahan-perubahan.
Kebutuhan-kebutuhan pengolahan data (data processsittg requirements) berhubungan dengan pekerjaan sistem secara terinci dan dapat terdiri sebagai berikut ini:
1. Volume.
Volume menunjukkan volume data yang terlibat dalam pengolahan data. Volume menunjukkan jumlah dari data yang harus diproses dalam satu dari periode waktu tertentu. Untuk menghitung jumlah dari volume dapat dilakukan lewat banyaknya transaksi yang terjadi. Pengukuran lain dari volume dapat dilihat dari banyaknya suatu fungsi pengolahan harus dilakukan.
2. Hambatan waktu pengolahan.
Hambatan waktu pengolahan menunjukkan jumlah dari waktu yang diijinkan atau yang dapat diterima saat data siap diproses sampai informasi dihasilkan.
3. Permintaan perhitungan.
Permintaan perhitungan merupakan model-model matematik yang harus diterapkan (misalnya pemrograman linier) sehingga informasi dapat dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan oleh user
g. Faktor-laktor Organisasi
Terdapat lima buah faktor organisasi yang harus dipertimbangkan dalam desain sistom, yaitu sifat dari organisasi, tipe organisasi, ukurannya, strukturnya dan gaya manajemennya .
1. Sifat organisasi.
Kebutuhan informasi untuk suatu organisasi dengan organisasi yang lainnya berbeda. Misalnya perusahaan real estate, perusahaan asuransi, atau perusahaan transportasi berbeda dengan perusahaan manufaktur dalam bentuk informasi yang dibutuhkan. Demikian juga dengan perusahaan perdagangan besar dengan perdagangan eceran juga berbeda kebutuhan informasinya. Oleh karena itu, untuk mengidentifikasikan dan memahami kebutuhan informasi
bagi suatu organisasi yang tertentu, pertama kali perlu diperhatikan aau dipahami sifat organisasi tersebut.
2. Tipe organisasi.
Tipe organisasi dapat dikategorikan sebagai berikut ini:
– Organisasi fungsional, yaitu setiap manajer bertanggungiawab untuk area fungsi tertentu seperti produktifitas, pemasaran, personalia atau keuangan.
– Organisasi divisonal, yaitu tiap-tiap manajer divisi bertanggungjawab terhadap suatu fungsi dan suatu objek atau program kerja.
3. ukuran organisasi
Ukuran dari organisasi juga merupakan faktor vang mempengaruhi kebutuhan informasi. Semakin besar organisasi, semakin banyak informasi yang dibutuhkan.
4.Struktur organisasi.
Struktur internal organisasi juga tanggungjawab terhadap manajemen persediaan dapat berada pada tanggungjawab departemen produksi di suatu organisasi atau dapat berada pada tanggunglawab departemen pembelian di organisasi lainnya. Dari struktur organisasinya, maka dapat ditentukan departemen mana yang membutuhkan informasi persediaan ini, apakah departemen produksi atau departemen pembelian . departemen produksi biasanya lebih membutuhkan informasi mengenai ketersediaan persediaan, perputaran persediaan dan kualitasnya, sedang departemen pembelian lebih membutuhkan informasi mengenai harga persediaan dan informasi tentang pemasok berupa tanggung jawab departemen produksinya, tetapi untuk organisasi lainnya dapat berada pada tanggung jawab departemen yang terpisah.
h. Faktor-faktor Manusia
Analisis system harus mencoba untuk dapat mendesain system yang dapat diterima oleh semua pemakai, tidak hanya satu atau dua pemakai saja, tetapi bisa dipakai oleh semua pemakai dan tidak menyulitkan pemakai.
i. Kebutuhan biaya efektifitas
Jika anda membeli suatu encyclopedias atau misalnya membeli buku maka yang anda lihat tidak hanya sampul buku atau bukunya saja tetapi adalah informasi yang terkandung didalamnya. Suatu organisasi mengembangkan system informasi bukan hanya menginginkan mendapatkan fisik dari system informasi itu saja tetapi lebih dari itu, yaitu informasi perlu dipertimbangkan antara biaya untuk memperoleh manfaat dengan manfaat informasi yang dihasilkan.
j. Kebutuhan-kebutuhan kelayakan
Lima macam kelayakan tetap diperhitungkan dalam desain system informasi. Adalah kelayakan teknis, kelayakan ekonomi, kelayakan hukum, kelayakan operasi, dan kelayakan skedul. Walaupun kelayakan ini telah dinilai pada tahap perencanaan system, tetapi dalam kelayakan desain system juga dipertimbangkan kembali, karena kemungkinan apa yang direncanakan di tahap perencanaan system mungkin di tahap desain system mengalami perubahan-perubahan.
6.5 Konsep Dasar Pendekatan
Terstruktur
Pendekatan
ini yang dimulai dari awal tahun 1970 disebut dengan pendekatan terstruktur
(structured approach). Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat
(tools) dan teknik-teknik (techniques) yang dibutuhkan dalam pengembangan
sistem, sehingga hasil akhir dari sistem yang dikembangkan akan didapatkan
sistem yang strukturnya didefinisikan dengan baikdan jelas.
Pendekatan
secara terstruktur adalah mengenalkan penggunaan alat-alat dan teknik-teknik
untuk mengembangkan sistem yang terstruktur. Teknik terstruktur, merupakan
pendekatan formal untuk memecahkan masalah-masalah dalam aktivitas bisnis
menjadi bagian-bagian kecil yang dapat diatur dan berhubungan untuk kemudian
dapat disatukan kembali menjadi satu kesatuan yang dapat dipergunakan untuk
memecahkan masalah. Tujuan pendekatan terstruktur adalah agar pada akhir
pengembangan perangkat lunak dapat memenuhi kebutuhan user, dilakukan tepat
waktu, tidak melampaui anggaran biaya, mudah.
Ciri-ciri
utama yang mendukung pendekatan terstruktur:
1) Dilakukan
secara iterasi : dengan iterasi akan didapat hasil yang lebih baik,
terlalu banyak iterasi juga akan menurunkan hasilnya dan menunjukkan bahwa
tahap sebelumnya tidak dilakukan dengan baik.
2) Merancang
berdasar modul : modularisasi adalah proses yang membagi suatu sistem
menjadi beberapa modul yang dapat beroperasi secara independent.
3) Bekerja
dengan pendekatan top-down : dimulai dari level atas (secara global)
kemudian diuraikan sampai ke tingkat modul (rinci).
4) Dilakukan
secara iterasi : dengan iterasi akan didapat hasil yang lebih baik,
terlalu banyak iterasi juga akan menurunkan hasilnya dan menunjukkan bahwa
tahap sebelumnya tidak dilakukan dengan baik.
5)
Kegiatan dilakukan secara parallel :pengembangan subsistem-subsistem dapat
dilakukan secara paralel, sehingga akan memperpendek waktu pengembangan system.
Beberapa
tools yang digunakan pada pendekatan pengembangan sistem secara terstruktur
seperti:
* DFD (Data Flow Diagram )
* Kamus Data
* Entity Relationship Diagram (ERD)
* State Transition Diagram (STD)
* Structured Chart
* Diagram SADT (Structured Analysis and Design Techniques)
* Diagram Warnier/Orr
* Diagram Jakson’s
* DFD (Data Flow Diagram )
* Kamus Data
* Entity Relationship Diagram (ERD)
* State Transition Diagram (STD)
* Structured Chart
* Diagram SADT (Structured Analysis and Design Techniques)
* Diagram Warnier/Orr
* Diagram Jakson’s
6.6 Konsep Dasar Pendekatan
Berorientasi Objek
Pendekatan
berorientasi objek merupakan suatu teknik atau cara pendekatan dalam melihat
permasalahan dan sistem (sistem perangkat lunak. sistem informasi, atau sistem
lainnva). Pendekatan berorientasi objek akan memandang sistem yang akan
dikembangkan sebagai suatu kumpulan objek yang berkorespondensi dengan
objek-objek dunia nvata. Ada banvak cara untuk mengabstraksikan dan memodelkan
objek-objek tersebut, mulai dan abstraksi objek, kelas, hubungan antar kelas
sampai abstraksi sistem. Saat mengabstraksikan dan memodelkan objek mi, data
dan proses-proses yang dipunyai oleh objek akan dienkapsulasi (dibungkus)
menjadi satu kesatuan.
Dalam
rekayasa perangkat lunak, konsep pendekatan berorientasi objek dapat diterapkan
pada tahap analisis, perancangan, pemrograman, dan pengujian perangkat lunak.
Ada berbagai teknik yang dapat digunakan pada masingmasing tahap tersebut,
dengan aturan dan alat bantu pemodelan tertentu.
Sistem
berorientasi objek merupakan sebuah sistem yang dibangun dengan berdasarkan
metode berorientasi objek adalah sebuah sistem yang komponennva dibungkus
(dienkapsulasi) menjadi kelompok data dan fungsi. Setiap komponen dalam sistem
tersebut dapat mewarisi atribut dan sifat dan komponen lainnya. dan dapat
berinteraksi satu sama lain.
Karakteristik
atau sifat-sifat yang dipunyai sebuah sistem berorientasi objek adalah sebagai
berikut:
1.
Abstraksi prinsip untuk merepresentasikan dunia nyata yang kompleks menjadi satu
bentuk model yang sederhana dengan mengabaikan aspek-aspek lain yang tidak
sesuai dengan permasalahan
2.
Enkapsulasi pembungkusan atribut data dan layanan (operasi-operasi) yang
dipunyai objek. untuk menyembunyikan implementasi dan objek sehingga objek lain
tidak mengetahui cara kerja-nya
3.
Pewarisan (inheritance) mekanisme yang memungkinkan satu objek mewarisi
sebagian atau seluruh definisi dan objek lain sebagai bagian dan dirinya
4.
Reusabilily pemanfaatan kembali objek yang sudah didefinisikan untuk suatu
permasalahan pada permasalahan lainnya yang melibatkan objek tersebut
5.
Generalisasi dan Spesialisasi menunjukkan hubungan antara kelas dan objek yang
umum dengan kelas dan objek yang khusus
6.
Komunikasi Antar Objek komunikasi antar objek dilakukan lewat pesan (message)
yang dikirim dan satu objek ke objek lainnya
7.
Polymorphism kemampuan suatu objek untuk digunakan di banyak tujuan yang
berbeda dengan nama yang sama sehingga menghemat baris program.
6.7 Perbedaan Pendekatan
Terstruktur dan Berorientasi Objek
Pada
pendekatan terstruktur merupakan metode yang pendekatannya pada proses, karena
metode ini mencoba melihat system dari sudut pandang logical dan juga melihat
data sebagai sumber proses. Di dalam penggambaran datanya, metode ini
menggunakan Data Flow Diagram (DFD), Normalisasi, Entitas Relationship Diagram
(ERD), dan lainnya.
Selain
itu perbedaan yang paling mendasar dari pendekatan terstruktur dan objek adalah
pada metode berorientasi fungsi atau aliran data (DFD), dekomposisi
permasalahan dilakukan berdasarkan fungsi atau proses secara hirarki, mulai
dari konteks sampai proses-proses yang paling kecil, sementara pada pendekatan
objek, dekomposisi permasalahan dilakukan berdasarkan objek-objek yang ada
dalam system.
Untuk
pendekatan objek, dalam melakukan pemecahan suatu masalah tidak dilihat bagaimana
cara menyelesaikan suatu masalah tersebut tetapi objek-objek apa yang dapat
melakukan pemecahan masalah tersebut. Pendekatan ini memungkinkan pembangunan
software dengan cepat, sehingga dapat segera masuk ke pasaran dan kompetitif.
system yang dihasilkan sangat fleksibel dan mudah dalam pemeliharaan. Sedangkan
untuk pengembangan terstruktur, menggunakan prosedur/tata cara yang teratur
untuk mengoperasikan data struktur. Pendekatan ini mudah dimengerti oleh
pengguna atau programmer, relative simple dan mudah dimengerti, berorientasi
pada proses, sehingga mengabaikan kebutuhan nonfungsional.
Andryani,
Dewi. ______. Desain Sistem. Tersedia online di: http://dewi_andryani.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/47937/M3_Desain+Sistem.ppt
_________.
2011. Pendekatan Terstruktur dan Berorientasi Objek. Tersedia online di:https://girlycious09.wordpress.com/2011/11/10/pendekatan-terstruktur-berorientasi-objek/
Mubahot.
_______. Desain Sistem. Tersedia online di: https://www.academia.edu/6224462/DESAIN_SISTEM
Rhiza.
________. Desain Sistem Secara Umum. Tersedia online di: http://www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/kuliah/Arsitektur-Komputer/sist%20dan%20analisis%20sist/Microsoft_Word_-_Modul_3_APSI_-_Desain_Sistem_Secara_Umum.pdf
Silfi._______. Analisis
Perancangan-1. Tersedia online di: http://wsilfi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38209/analisis-perancangan-1.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar